Saat itu, bangsa Romawi secara tiba-tiba menyerang negeri Syam , Lalu
berdirilah Ulama Abu Qudamah Asy-Syam berkhutbah di hadapan manusia. Dia
memotivasi mereka untuk mengejar kehidupan akhirat serta mengajak
meraka untuk bersikap zuhud terhadap dunia. Dia juga memberikan semangat
kepada mereka untuk berkorban serta berjihad di jalan Allah.
Dia
mengingatkan mereka sebagaimana firman Allah:
Kemudian dia turun dari mimbar. Pada saat itu seorang wanita
memanggilnya seraya berseru kepadanya,” Wahai Abu Qudamah.” Namun dia
tidak menoleh, wanita itu memanggilnya kembali untuk kedua kali, “Wahai
Abu Qudamah,” dia belum juga menoleh. Seakan-akan dia takut akan
terjadi fitnah pada dirinya.”Pada kali ketiga ia dipanggil, dia tidak
lagi memiliki alasan, diapun menanyakann apa keinginannya. Wanita itu
berkata,” Aku mendengar engkau memotivasi orang-orang untuk berjihad di
jalan Allah, sedangkan aku tidak memiliki sesuatu kecuali kedua anyaman
ini. Oleh karena itu ambilah keduanya. Buatlah dengannya sebagai tali
kekang yang engkau pakai untuk mengendallikan kudamu dalam berjihad di
jalan Allah.
Seketika itu menangislah Abu Qudamah atas apa yang dilakukan oleh
wanita tersebut dan perhatiannya terhadap ketaatan kepada Allah , lalu
dia mengambil kedua anyaman tersebut. Namun sebelum dia bertolak ,
tiba-tiba seorang anak kecil memanggilnya . Dia memohon dengan menyebut
nama Allah agar Abu Qudamah mau menaikkannya ke atas kudanya untuk
memerangi bangsa Romawi . Akan tetapi Abu Qudamah menolaknya karena
umurnya masih terbilang sangat muda. Karena ia memaksakan kehendaknya,
maka Abu Qudamah mengabulkan permohonannya dengan syarat jika terbunuh
di medan pertempuran, dia memberikan syafaat kepadanya dihadapan Allah.
Anak itupun menyetujui syarat tersebut.
Tatkala bertemu dengan musuh, anak tersebut meminta tiga buah anak
panah kepada Abu Qudamah, tetapi Abu Qudamah menolaknya, karena panah
adalah senjata yang sangat mahal. Anak itu mungkin saja tidak dapat
menggunakannya dengan baik. Lalu dia memohon kepadanya dengan menyebut
nama Allah, maka Abu Qudamah pun memberikan anak panah kepadanya dan
mengulang syarat yang disebutkan sebelumnya. Anak itu pun setuju dan dia
mengambil anak panah pertama seraya berkata,” Semoga keselamatan
untukmu wahai Abu Qudamah, Bismillah. Maka dengan anak panah itu ia
dapat membunuh seorang tentara Romawi.
Kemudian dia mengambil anak panah yang kedua dan dan berbuat
sebagaimana yang dilakukannya dengan anak panah pertama. tersungkur pula
satu tentara Romawi. Terakhir ia mengambil anak panah ketiga . Pada
kali ketiga ini anak panahnya tidak mengenai musuh dan justru ia terkena
serangan panah tentara Romawi, dia pun tersungkur ke bumi . Lalu
bergegas Abu Qudamah menghampirinya dan segera mengingatkan syarat
yang telah dijanjikannya yaitu untuk memberinya syafaat di akherat
kelak.
Sebelum meninggal anak itu memberikan sebuah kantong kepada Abu
Qudamah dan berkata kepadanya,” Berikanlah ini kepada ibuku.” Abu
Qudamah bertanya,” Siapakah Ibumu?” Dia menjawab,” Pemilik dua anyaman”. Mereka hendak menguburkan anak tersebut, tetapi aneh yang terjadi
seakan-akan tanah menolaknya . Mereka akhirnya membiarkannya berada di
atas permukaan tanah. Lalu datanglah burung memakan dagingnya dan
meninggalkan tulang-tulangnya.
Setelah kejadian itu, Abu Qudamah mendatangi rumah anak itu. Pada
saat itu saudarinya keluar menemui Abu Qudamah dan bertanya kepadanya,”
Apakah engkau datang dengan memberi kabar gembira atau memberi kabar
belasungkawa?” Dia menjawab ,” Untuk menyampaikan kabar gembira.”
Saudarinya berkata,” Alhamdulillah, sesungguhnya ayahku telah terbunuh
dan kamipun menyangka bahwanya dia berada disisi Allah. Pada saat ini
kami kehilangan saudara bungsu kami dan kami berharap bahwasanya dia
berada di sisi Allah.
Kemudian keluar pula ibunya seraya bertanya kepada Abu Qudamah,
apakah engkau datang untuk untuk menyampaikan berita gembira atau berita
belasungkawa? Dia menjawab,” untuk mengucapkan berita gembira.” lalu
dia memberikan kantong kepadanya . Kemudian ibunya mengeluarkan dari
kantong itu seutas tali. Setelah itu Abu Qudamah menceritakan kepada Ibu
tersebut akan peristiwa yang terjadi pada anaknya.
Kemudian ibunya tersebut menceritakan kepada Abu Qudamah, bahwasanya
anaknya senantiasa melakukan Qiyamul Lail (shalat malam). Jika dia
merasa letih, dia berpegang pada tali seraya memohon kepada Rabbnya agar
dia dibangkitkan olehNya pada hari kiamat dari perut burung. Pada saat
itu tahulah Abu Qudamah mengapa bumi tidak mau menerima anak itu ketika
mereka ingin menguburnya. Lalu turunlah burung-burung memakan dagingnya
dan meninggalkan tulang-tulangnya. ..Allah telah mengijabah
permohonannya. Inilah merupakan keajaiban perlakuan Allah kepada
kekasihnya. Dialah Allah Yang Maha suci yang tidak menyia-nyiakan para
wali-Nya.
sumber: http://www.eramuslim.com