A.
Pengertian
Ilmu Lingkungan atau Environmental Science
Ilmu
lingkungan atau Environmental Science (ES) merupakan suatu
ilmu yang mempelajari interaksi antara komponen – komponen fisik, kimia dan
biologi yang ada di lingkungan serta merupakan suatu disiplin ilmu yang saling
melengkapi dengan ilmu alam, ilmu teknik dan ilmu sosial. Dalam keterkaitannya
dengan Ilmu lingkungan, ESberfokus pada polusi dan penurunan
kualitas lingkungan yang berhubungan dengan aktivitas manusia yang berpengaruh
pada perubahan biologis dan lingkungan berkelanjutan, serta melibatkan aspek
ilmu ekonomi, ilmu hukum dan ilmu – ilmu sosial. Keseluruhan aspek ilmu
tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan berpengaruh pada
lingkungan.
Ilmu
lingkungan dalam konteks arstitektur erat kaitannya dengan istilah Ecological
Design atau Arsitektur Ekologis, dimana dalam setiap perencanaan
arsitektur selalu mempertimbangkan kaidah atau aspek lingkungan yang ada untuk
dapat memberikan kontribusi di dalam pembangunan sehingga mampu meminimalkan
dampak negatif dalam pembangunan demi kelestarian lingkungan dan alam tetap
terjaga. Dalam hal ini konteks ilmu lingkungan tidak lepas dari prilaku manusia
itu sendiri sebagai suatu komponen lingkungan yang paling dominan karena
manusia senantiasa mengolah, mengambil dan mengembangkan sesuatu yang ada di
alam itu sendiri. Untuk mencapai keseimbangan lingkungan tentu diperlukan
kesadaran dari manusia agar merasa memiliki dan mencintai segenap makhluk hidup
dan alam lingkungannya sebagai tempat hidupnya.
Konsep
arsitektur ekologis mengandung bagian – bagian, antara lain :
arsitektur
biologis yaitu arstektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan, arsitektur
alternatif yaitu pemikiran akan penggunaan energi alternatif lainnya namun
tetap memperhatikan kaidah lingkungan, arsitektur matahari yaitu arsitektur
yang memanfaatkan energi surya, arsitektur bionik dikaitkan dalam bidang teknik
sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia, serta biologi
pembangunan.
B.
Isu
– Isu Tentang Perusakan Lingkungan Dewasa Ini
Beberapa
isu – isu tentang perusakan lingkungan yang sedang gencar – gencarnya dibahas
oleh berbagai pihak yang peduli dan prihatin akan kondisi lingkungan saat ini
sedang menjadi topik dunia. Berbagai jenis revolusi dan gerakan cinta
lingkungan telah digerakkan untuk menjadi sesuatu yang benar – benar dipikirkan
untuk masa depan. Seperti contoh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Green
Peace, Green Light, Green Movie Community, dan sebagainya. Berbagai inti
permasalahan lingkungan digali dari segi sosial, politik, hukum dan ekonomi.
Karena keseluruhan aspek ilmu menimbulkan sebab dan akibat yang saling
berhubungan dengan lingkungan. DalamMajalah Sustainable Constuction dijelaskan
apa saja yang menjadi penyumbang perusakan lingkungan, dantaranya:
1.
Pertambahan
jumlah populasi manusia dimuka bumi
Jumlah penduduk yang terus bertambah
menyebabkan semakin sesaknya populasi penduduk dunia, hal ini menyebabkan bumi
tidak sanggup lagi menampung ledakan populasi yang terus meningkat dari tahun
ke tahun. Kepadatan penduduk menyebabkan kebutuhan konsumsi semakin tinggi.
Berbagai rentetan sosial seperti pengangguran, kelaparan, serta penyakit – penyakit
lain yang timbul akibat lingkungan pemukiman yang tidak layak huni.
2.
Eksploitasi
dan konsumsi sumber daya yang berlebihan
Keinginan manusia untuk meningkatkan
kenyamanan hidup menyebabkan mereka selalu ingin mengambil sumber daya alam
secara terus – menerus, selain itu dituntut pula dengan kecepatan yang semakin
lama semakin tinggi. Adanya teknologi menyebabkan perubahan gaya hidup, dan
sekarang manusia tidak puas memiliki hunian secukupnya. Hal ini berdampak pada
pemikiran mereka untuk menggunakan tanah semaksimal mungkin untuk bangunan
karena harga tanah yang semakin menjulang tinggi. Lama kelamaan ruang terbuka
hijau akan semakin berkurang.
3.
Sumber
daya yang tak terbaharukan
Gas bumi dan biji besi merupakan dua
contoh sumber daya yang tak terbaharukan. Kayu merupakan salah satu sumber daya
yang sangat lama terbaharukan dan kini kayu menjadi material yang tidak
sustainable karena tidak mudah terbaharukan. Eksploitasi besar-besaran
menyebabkan kita kehabisan sumber daya dengan sangat cepat. Kasus kebakaran,
pencurian dan penebangan pohon mengakibatkan hutan tidak sanggup lagi menyerap
CO2 dan mengolahnya menjadi H2O.
4.
Proses
pengolahan dan transportasi
Proses pengolahan dan pengangkutan
bahan mentah yang bersumber dari alam menyebabkan perlunya energi dan bahan
bakar yang sangat banyak. Yang pada akhirnya berakibat timbulnya emisi atau gas
buangan hasil proses pembakaran energi.
5.
Pemanasan
Global
Konsumsi manusia dalam pengambilan
sumber daya, penggunaan transportasi, kapadatan penduduk, pembabatan hutan dan
lain sebagainya menyebabkan meningkatnya konsentrasi CO2. Atmosfer di lapisan
bumi menjadi menipis dan semakin tebalnya kadar CO2 di udara, sehingga panas
matahari terperangkap yang kemudian menyebabkan terganggunya pelepasan panas
dari bumi ke luar atmosfer. Hal inilah disebut dengan pemanasan global atau
Global Warming, dengan efek yang menyebabkan perubahan iklim yang cukup
drastis.
6.
Konstruksi,
menyumbang kerusakan lingkungan terbesar.
Kontribusi bidang konstruksi
terhadap kerusakan alam antara lain : dimulai dari pengambilan material dari
berbagai sumber terkait dengan proses pengangkutannya, pengolahan material –
material yang akan dipergunakan, pendistribusian material jadi dari sumbernya
ke pemakai, proses konstruksi itu sendiri, pengambilan lahan untuk bangunan,
dan konsumsi energi yang dimulai saat bangunan dipakai. Secara global sector
konstruksi mengonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi, dan 16% air. Konsruksi
juga menyumbangkan emisi CO2 terbanyak, yaitu 45%. Hal ini menandakan bahwa
dalam pembangunan kita tidak lagi meningkatkn kualitas hidup kita, sebab
kerusakan alam yang terjadi sebagai akibatnya sama dengan penurunan kualitas
manusia. Dalam hal ini untuk pemecahan bidang konstuksi sangat diperlukan
langkah yang bijaksana untuk menerapkan konstruksi yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Dimana konstruksi tersebut berusaha meminimalisasi kerusakan yang
ada di alam.
Dalam pengambilan material untuk
pembangunnan diperlukan pemikiran transportasi untuk meminimalisasi perusakan
lingkungan.
Dampak daripada konstruksi menurut
data-data dari Alex Bueci dalam workshop PT. Holcim Indonesia ditampilkan bahwa
konstruksi mengonsumsi 50% hasil alam, 40% energi, dan 16% air. Limbah akibat
konstruksi baik untuk pembangunan dan peruntuhan jauh lebih banyak dibandingkan
gabungan volume seluruh limbah rumah tangga. Dan secara keseluruhan kegiatan
konstruksi menyumbangkan 45% emisi CO2, melebihi gabungan antara transportasi
dan industry lain.
C.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan untuk menuju Arsitektur Berwawasan Lingkungan
Dalam
buku Dasar–dasar Eko-arsitektur dijelaskan bagaimana konsep arsitektur
berwawasan lingkungan serta kualitas konstruksi dan bahan bangunan untuk rumah
sehat dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Dalam penerapannya, alam
merupakan suatu pola perencanaan eko-arsitektur. Lingkungan alam sebagai
makrokosmos dan lingkungan buatan (rumah) sebagai mikrokosmos. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pola perencanaan eko arsitetur antara
lain:
1.
Penyesuaian
terhadap lingkungan alam setempat. Perencanaan pembangunan hendaknya
mmperhatikan orientasi terhadap sinar matahari, arah angin, perubahan suhu
siang dan malam serta penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Hal
ini dilakukan sebagai suatu usaha untuk menghemat energi.
2.
Menghemat
sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan
energi. Beberapa hal yang bisa dilakuan antara lain dengan meminimalisasi
penggunaan energi untuk alat pendingin, optimalisasi pada penggunaan sumber
energi yang tidak dapat diperbaharui, menggunakan energi alternatif dan energi
surya.
3.
Memelihara
sumber lingkungan udara, tanah, dan air yaitu dengan memperhatikan berbagai
aspek bahan pencemar yang bisa mengganggu peredaran air, kebersihan udara dan
tanah.
4.
Memelihara
dan memperbaiki peredaran alam. Setiap aktivitas manusia harus memperhatikan
semua ekosistem yang harus dimengerti sebagai suatu peredaran di alam dan
manusia tidak boleh merusaknya. Contoh : dalam kegiatan penggunaan bahan
bangunan harus memperhatikan rantai bahannya sehingga tetap berfungsi juga
sebagai peredaran.
5.
Mengurangi
ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah,
sampah).
6.
Penghuni
ikut serta secara aktif pada perencanaan pembangunan, dan pemeliharaan
perumahan.
7.
Tempat
kerja dan pemukiman dekat. Hal ini dimaksudkan agar akses atau pencapaian dari
rumah ke tempat kerja bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda
sehingga mampu mengurangi emisi atau gas buangan yang terlalu banyak dari
kendaraan bermotor.
8.
Kemungkinan
penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari – hari.
9.
Menggunakan
teknologi sederhana yaitu dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknologi
mudah dirawat dan dipelihara serta sesuai dengan teknologi pertukangan.
Konsep
arsitektur ekologis adalah memperhatikan prinsip-prinsip ekologis pada
perencanaan lingkungan buatan. Seperti pada gambar di dibawah, peredaran yang
ada di lingkungan baik berupa pemanfaatan sinar matahari, udara, air hujan dan
tanaman dimanfaatkan sebaik mungkin untuk perencanaan suatu bangunan.
Referensi:
·
Frick H, FX Bambang Suskiyanto,
(1998), Dasar-dasar Eko-arsitektur, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
·
Akmal Imelda Studio Architecture,
(2007), Sustainable Constuction,
Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
·
Armansyah A & Munggoro W,
(2008), Menjadi Environmentalis Itu
Gampang!, Penerbit WALHI, Jakarta.
·
Wanda Widigdo C, Pendekatan Ekologi pada Rancangan
Arsitektur, sebagai upaya mengurangi Pemanasan Global, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, UK Petra.
Sumber:
http://luhputuwidhiari.blogspot.com/2009/09/ilmu-lingkungan-environmental-science.html